Salam Scudetto! Bagi Juventini dari era
90 an, tentu kita sudah merasakan beberapa gelar Scudetto sebelumnya.
Sebut saja 5 maggio 2002, dimana Juventus meraih scudetto ke 26 di
giornata terakhir setelah menang 0-2 di kandang Udinese dan di saat
bersamaan inter milan kalah 2-4 atas Lazio. Selama ini scudetto 2002
inilah yang paling membekas di hati.
Sejarah berulang sepuluh tahun kemudian. Tepat 6 maggio 2012 Juventus kembali didaulat menjadi Campioni D’Italia,
kali ini untuk ke-30 kalinya dalam sejarah Juventus. Bisa kami katakan
bahwa scudetto ke 30 ini adalah yang paling special. Alasan nya tentu
adalah masa penantian selama 6 tahun yang kita lewati dengan penuh
perjuangan dan ujian sebagai seorang Juventino. Enam tahun yang kita
lewati dengan canda, tawa hingga air mata telah terbayar lunas. La Vecchia Signora kembali duduk di singgasana Calcio.
Dalam artikel ini kami akan coba mengajak kita semua untuk flash back. Mulai dari Maggio 2006 hingga Maggio 2012. Enjoy!
Mei 2006, salah satu media cetak olahraga terbesar di Italia
Gazzetta Dello Sport
memuat transkrip pembicaraan Luciano Moggi dengan Komisi Wasit Serie A.
Singkat kata komposisi berita yang tidak berimbang ditambah dengan
desakan publik, sistem yang penuh skandal serta pengadilan kilat (hanya 3
minggu) memutuskan bahwa Juventus paling bersalah dalam skandal yang
dikenal dengan sebutan Calciopoli. Dua gelar scudetto Juventus (04/05
& 05/06) dicabut & Juventus didegradasi paksa untuk bermain di
Serie B. Pertama kali dalam sejarah klub, La Vecchia Signora harus
bermain di kompetisi kelas dua di Italia ini. Ini adalah masa paling
kelam sepanjang sejarah Juventus. Pelatih Fabio Capello angkat kaki ke
Real Madrid dan membawa serta Fabio Cannavaro & Emerson. Barcelona
meyakinkan Lilian Thuram & Gianluca Zambrotta untuk pindah ke
spanyol. Adrian Mutu hijrah ke Fiorentina dan yang paling menyakitkan,
Zlatan Ibrahimovic dan Patrick Viera pindah ke inter milan.
Pemain-pemain ini ibarat kapten yang pergi dengan sekoci pertama saat
kapal yang dinahkodainya sedang tenggelam. Dalam kondisi seperti ini,
Sang Kapten Del Piero mengeluarkan statement
“Un Vero Cavaliere Non Lascia Mai Una Signora”.
Langkah Del Piero ini kemudian diikuti oleh pemain-pemain besar seperti
Gianluigi Buffon, Mauro Camoranesi, David Trezeguet & Pavel Nedved.
Manajemen baru dibentuk menggantikan Triade yang legendaris. Giovanni
Cobolli Gigli, Jean Claude Blanc, Alessio Secco duduk sebagai top
manajemen dan menunjuk Didier Deschamp sebagai alenatore baru. Para
sponsor berebutan menurunkan nilai kontrak, nilai saham Juventus di
bursa anjlok, tidak dapat berlaga di Liga Champions, nilai kontrak hak
siar televisi di kebiri. Dan yang lebih menyakitkan lagi, banyak yang
selama ini mengaku sebagai Juventini tiba-tiba berlagak sama sekali
tidak mengenal Si Nyonya Besar. Sejak Maggio 2006 ini kata Calciopoli
selalu disebut bergandengan dengan nama besar Juventus. 27 Juni 2006, di
saat Azzuri sedang berpesta usai mengalahkan Australia di WC06, kabar
mengejutkan datang dari Turin. Gianluca Pessoto melakukan percobaan
bunuh diri dengan
melompat dari ketinggian 15 meter. Penyebabnya? Pessoto merasa semua yang dituduhkan kepada Juve tidak adil, semua usaha kerasnya di lapangan menjadi sia-sia.
Desember 2006, kabar duka yang sangat
mengejutkan kembali harus diterima Juventus yang harus kehilangan 2
orang pemain masa depan mereka di Allievi (U17),
Alessio Ferramosca (Ale) dan Riccardo Neri (Ricky).
Ale & ricky
harus pergi meninggalkan kita setelah mengalami kecelakaan (tenggelam)
di danau buatan di Vinovo. Mereka berdua memang telah pergi untuk
selama-lamanya, namun semangat keduanya selalu menemani setiap langkah
masa depan Juventus.
Mei 2007 Juventus meraih gelar juara
Serie B, memuncaki klasemen akhir meski dikenai sanksi pengurangan 9
point. Perjalanan singkat, langka dan sangat berharga di Serie B usai
sudah. Mengapa berharga? Serie B ini bisa dikatakan adalah salah satu
metode seleksi alam. Yang setia stay, yang tidak setia hilang entah ke
mana. Yang mengejutkan adalah Didier Deschamp memutuskan untuk
mengundurkan diri akibat berselisih paham dengan manajemen. Sejak saat
itu, petualangan baru Juventus di mulai, ya petualangan gonta ganti
pelatih.
Memasuki musim 2007 / 2008 manajemen
menunjuk Claudio Ranieri untuk manggantikan posisi Deschamp. Pembenahan
dilakukan, total €63.25jt dibelanjakan untuk mendatangkan pemain-pemain
seperti Tiago (€13.65m), Vincenzo Iaquinta (€11.25m), Momo Sissoko
(€11m), Jorge Andrade (€10.5m), Sergio Almiron (€9m), Antonio Nocerino
(€3.7m), Cristian Molinaro (€2.5m), Ciccio Volpe (€1m), Daniele
Gastaldello (€650,000) & Hasan Salihamidzic (free). Hasilnya pada
akhir musim Juventus berhasil finish di posisi ke tiga. Pencapaian yang
tidak buruk, semuanya memuji bahwa Juventus sudah kembali, fans puas
karena musim depan sudah bisa kembali berlaga di Liga Champions.
Mei 2008, Juventus kembali berbenah.
Kali ini sebagai persiapan berlaga di Liga Champions, Juventus kembali
belanja dengan dana besar. Total €39.03jt digelontorkan untuk
mendatangkan Amauri (€22.8m), Christian Poulsen (€9.75m), Paolo De
Ceglie (€3.5m), Dario Knezevic (€750,000), Alex Manninger (€680,000),
Albin Ekdal (€600,000), Mario Kirev (€550,000), Rey Volpato (€400,000)
& Antonio Chimenti (free). Musim 2008-09 ini kembali berjalan mulus.
Di Liga Champions Juventus berhasil dua kali mengalahkan Real Madrid di
fase group sebelum harus tersingkir di babak 16 besar oleh Chelsea. Di
kompetisi Serie A pencapaian Juventus meningkat dari pada musim
sebelumnya, kali ini
Claudio Ranieri & Ciro Ferrara
berhasil membawa Juventus finish di posisi kedua. Manajemen menganggap
Juventus sebenarnya mampu meraih scudetto dan kecewa dengan kepemimpinan
Ranieri yang dalam 7 pertandingan terakhirnya hanya mampu
mempersembahkan satu kemenangan dan enam hasil seri (tidak pernah menang
pada bulan april 2009). Kekecewaan dan kekhawatiran tidak lolos ke UCL
musim berikutnya membuat manajemen memecat Raniero dan menunjuk Ciro
Ferrara sebagai care taker pada bulan Mei 2009. Hasilnya Ciro Ferrara
berhasil mempersembahkan 2 kemenangan di dua giornata terakhir, namun
terlambat karena inter sudah unggul di capolista dengan keunggulan 10
point. Kembali, semuanya memuji bahwa Juventus sudah sangat dekat dengan
kejayaannya. Kesedihan lain yang dirasakan pada musim ini adalah
pensiunnya
sang legenda Pavel Nedved.
Mei 2009, kepergian Pavel Nedved
ternyata berdampak sangat besar terhadap tim, Baik dari segi kualitas,
psikologi maupun kepemimpinan. Manajemen sebenarnya sudah coba
mengantisipasi kepergian Nedved dengan mendatangkan Felipe Melo (€25m),
Diego (€24.5m), Michele Paolucci (€3.3m*), Fabio Grosso (€2m), Fabio
Cannavaro (free) dengan total belanja €54.8jt. Harapannya jelas,
memenangkan Scudetto yang telah lama ditunggu-tunggu. Target ini
dianggap begitu realistis mengingat pencapaian Juve musim sebelumnya.
Posisi pelatih tetap dipercayakan kepada Ciro Ferrara yang meski miskin
pengalaman mampu meyakinkan publik lewat start fantastis Juventus pada
musim 2009/10 ini. Empat kemenangan dipersembahkan tim asuhan Ciro
Ferrara dimana dua diantaranya diraih di Olympico Roma (Roma 1-3
Juventus & Lazio 0-2 Juventus). Hasil positif ini menerbangkan
harapan kita semua setinggi langit. Hingga akhirnya pada pekan ke 7 Juve
menelan kekalahan pertama 2-0 dari Palermo. Sejak saat itu penampilan
tim terus menurun, terutama sejak bulan desember 2009 hingga januari
2010 dimana Juventus hanya berhasil meraih 2 W, 1 D & 5 L dari total
8 pertandingan yang dimainkan.
Hasil
buruk ini membuat manajemen mengganti Ciro Ferrara dengan Alberto
Zaccheroni. Hasilnya sama saja, permasalahan Juve ternyata bukan sekedar
pelatih. Juventus menutup musim dengan kekalahan telak 3-0 oleh AC
Milan. Finish di posisi ke-tujuh dengan torehan 55 point hasil dari 16
W, 7 D & 15 L. Raihan terburuk Juventus sepanjang sejarah.
Perjalanan Juve di kompetisi eropa lebih menyakitkan lagi. Juventus
tersingkir dari fase group setelah hanya mampu meraih dua kemenangan
atas Macabi Haifa. Pada laga terakhir di Olympico Turin, Juventus
dibantai 1-4 oleh Bayern Munich padahal saat itu Bianconeri hanya butuh
hasil seri untuk lolos ke babak berikutnya. Finish di posisi ketiga fase
group membuat Juve harus berlaga di Europa League, pada babak 32 besar
Juve berhasil menyingkirkan Ajax dengan agregat 2-1. Melaju ke babak 16
besar dan berhadapan dengan Fulham dimana pada pertemuan pertama di
Turin, Zaccheroni mengalahkan Fulham 3-1. Yang menyakitkan adalah tim
bahkan tidak mampu mempertahankan keunggulan pada leg kedua dan justru
dibantai 4-1 di kandang Fulham. Disingkirkan dari dua kompetisi eropa
dengan cara yang sangat sangat sangat menyakitkan. Meksi demikian,
seluruh dunia tetap memuji penampilan Juventus dengan mengatakan bahwa
ini adalah bagian dari proses.
Raihan sangat buruk ini membuat John
Elkan memutuskan untuk menunjuk Andrea Agnelli sebagai President
Juventus pada Mei 2010. Sebagai generasi ketiga Agnelli yang memimpin
Juventus, Andrea melakukan banyak terobosan. Pertama merombak manajemen
dengan memecat Alessio Secco yang dianggap gagal mendatangkan
pemain-pemain yang sesuai dengan kebutuhan tim serta tidak memperpanjang
kontrak Alberto Zaccheroni sebagai pelatih. Sebagai gantinya, Andrea
Agnelli mendatangkan Trio Sampdoria. Giuseppe Marotta ditunjuk sebagai
Sport Director, Fabio Paraticci sebagai Head Scout dan Luigi Del Neri
sebagai pelatih. Tidak hanya itu, total €59.35jt kembali dibelanjakan
untuk mendatangkan Leonardo Bonucci (€15.5m), Milos Krasic (€15m), Jorge
Martinez (€12m), Marco Storari (€4.5m), Fabio Quagliarella (€4.5m),
Simone Pepe (€2.6m), Alessandro Matri (€2.5m), Marco Motta (€1.25m),
Leandro Rinaudo (€600,000), Armand Traore (€500,000), Andrea Barzagli
(€300,000) & Marco Costantino (€100,000). Pemain-pemain legenda
seperti David Trezeguet & Mauro Camoranesi dilepas. Pemain yang baru
didaulat sebagai calon bintang Diego Ribas juga dilego. Secara tegas
manajemen mengatakan bahwa target musim ini adalah lolos ke Liga
Champions musim depan. Del Neri yang sarat pengalaman diyakini mampu
mencapai hasil ini.
Hasilnya? Kembali kita semua harus gigit jari. Pencapaian yang sangat mengecewakan kembali diraih La Vecchia Signora.
Yang membuat kegagalan musim ini begitu menyakitkan adalah pada andata
(putaran pertama) Juventus begitu mendominasi. Hingga bulan desember
2010 Juventus hanya menelan dua kekalahan disamping 8 W & 7 D. Duduk
di papan atas klasemen nyaris setengah musim. Harapan kita semua begitu
tinggi mengira bahwa inilah era yang kita tunggu-tunggu, kebangkitan
Juventus yang sesungguhnya. Memasuki bulan januari 2011 tim seperti
mengalami anti klimaks. Dari bulan Januari hingga maret Juventus hanya
mampu meraih 4 W, 2D & 7 L. Selanjutnya anda tentu masih ingat
bagaimana dari harapan setinggi langit kita kembali harus menelan pil
pahit dengan kenyataan bahwa Juventus hanya mampu finish di posisi ke
tujuh dengan raihan 58 point (15 W, 13 D, 10 L). Di kompetisi Europa
League, Juventus tidak terkalahkan alias main enam kali seri enam kali.
Hasil ini tidak cukup baik dan Juve harus tersingkir di fase group.
Juventus gagal lagi dan musim depan harus tanpa kompetisi eropa. Apa
yang dikatakan media saat itu? Mereka memuji, memberikan dorongan dan
kata-kata manis seolah-olah semuanya berteman dengan Juventus. Namun
bagi kita Juventini yang sudah ada sebelum 2006 tentu harus merasakan
sakit yang luar biasa untuk kesekian kalinya.
Apakah kita berpaling setelah melihat Si
Nyonya Besar tidak berdaya? Tidak! Seperti biasa kita tetap antusias
menatap musim berikutnya.
Seperti apa perjuangan Juve di musim
2011-12? Di bagian berikutnya akan kami bahas perjalanan Juventus dari
Juni 2011 hingga 6 Maggio 2012.
IERI … OGGI … DOMANI SEMPRE JUVENTUS !!!