Sabtu, 16 Maret 2013

[Scudetto #30] Enam Tahun Penantian!


Salam Scudetto! Bagi Juventini dari era 90 an, tentu kita sudah merasakan beberapa gelar Scudetto sebelumnya. Sebut saja 5 maggio 2002, dimana Juventus meraih scudetto  ke 26 di giornata terakhir setelah menang 0-2 di kandang Udinese dan di saat bersamaan inter milan kalah 2-4 atas Lazio. Selama ini scudetto 2002 inilah yang paling membekas di hati.
Sejarah berulang sepuluh tahun kemudian. Tepat 6 maggio 2012 Juventus kembali didaulat menjadi Campioni D’Italia, kali ini untuk ke-30 kalinya dalam sejarah Juventus. Bisa kami katakan bahwa scudetto ke 30 ini adalah yang paling special. Alasan nya tentu adalah masa penantian selama 6 tahun yang kita lewati dengan penuh perjuangan dan ujian sebagai seorang Juventino. Enam tahun yang kita lewati dengan canda, tawa hingga air mata telah terbayar lunas. La Vecchia Signora kembali duduk di singgasana Calcio.
Dalam artikel ini kami akan coba mengajak kita semua untuk flash back. Mulai dari Maggio 2006 hingga Maggio 2012. Enjoy!
Mei 2006, salah satu media cetak olahraga terbesar di Italia Gazzetta Dello Sport memuat transkrip pembicaraan Luciano Moggi dengan Komisi Wasit Serie A. Singkat kata komposisi berita yang tidak berimbang ditambah dengan desakan publik, sistem yang penuh skandal serta pengadilan kilat (hanya 3 minggu) memutuskan bahwa Juventus paling bersalah dalam skandal yang dikenal dengan sebutan Calciopoli. Dua gelar scudetto Juventus (04/05 & 05/06) dicabut & Juventus didegradasi paksa untuk bermain di Serie B. Pertama kali dalam sejarah klub, La Vecchia Signora harus bermain di kompetisi kelas dua di Italia ini. Ini adalah masa paling kelam sepanjang sejarah Juventus. Pelatih Fabio Capello angkat kaki ke Real Madrid dan membawa serta Fabio Cannavaro & Emerson. Barcelona meyakinkan Lilian Thuram & Gianluca Zambrotta untuk pindah ke spanyol. Adrian Mutu hijrah ke Fiorentina dan yang paling menyakitkan, Zlatan Ibrahimovic dan Patrick Viera pindah ke inter milan. Pemain-pemain ini ibarat kapten yang pergi dengan sekoci pertama saat kapal yang dinahkodainya sedang tenggelam. Dalam kondisi seperti ini, Sang Kapten Del Piero mengeluarkan statement “Un Vero Cavaliere Non Lascia Mai Una Signora”. Langkah Del Piero ini kemudian diikuti oleh pemain-pemain besar seperti Gianluigi Buffon, Mauro Camoranesi, David Trezeguet & Pavel Nedved. Manajemen baru dibentuk menggantikan Triade yang legendaris. Giovanni Cobolli Gigli, Jean Claude Blanc, Alessio Secco duduk sebagai top manajemen dan menunjuk Didier Deschamp sebagai alenatore baru. Para sponsor berebutan menurunkan nilai kontrak, nilai saham Juventus di bursa anjlok, tidak dapat berlaga di Liga Champions, nilai kontrak hak siar televisi di kebiri. Dan yang lebih menyakitkan lagi, banyak yang selama ini mengaku sebagai Juventini tiba-tiba berlagak sama sekali tidak mengenal Si Nyonya Besar. Sejak Maggio 2006 ini kata Calciopoli selalu disebut bergandengan dengan nama besar Juventus. 27 Juni 2006, di saat Azzuri sedang berpesta usai mengalahkan Australia di WC06, kabar mengejutkan datang dari Turin. Gianluca Pessoto melakukan percobaan bunuh diri dengan melompat dari ketinggian 15 meter. Penyebabnya? Pessoto merasa semua yang dituduhkan kepada Juve tidak adil, semua usaha kerasnya di lapangan menjadi sia-sia.
Desember 2006, kabar duka yang sangat mengejutkan kembali harus diterima Juventus yang harus kehilangan 2 orang pemain masa depan mereka di Allievi (U17), Alessio Ferramosca (Ale) dan Riccardo Neri (Ricky). Ale & ricky harus pergi meninggalkan kita setelah mengalami kecelakaan (tenggelam) di danau buatan di Vinovo. Mereka berdua memang telah pergi untuk selama-lamanya, namun semangat keduanya selalu menemani setiap langkah masa depan Juventus.
Mei 2007 Juventus meraih gelar juara Serie B, memuncaki klasemen akhir meski dikenai sanksi pengurangan 9 point. Perjalanan singkat, langka dan sangat berharga di Serie B usai sudah. Mengapa berharga? Serie B ini  bisa dikatakan adalah salah satu metode seleksi alam. Yang setia stay, yang tidak setia hilang entah ke mana. Yang mengejutkan adalah Didier Deschamp memutuskan untuk mengundurkan diri akibat berselisih paham dengan manajemen. Sejak saat itu, petualangan baru Juventus di mulai, ya petualangan gonta ganti pelatih.
Memasuki musim 2007 / 2008 manajemen menunjuk Claudio Ranieri untuk manggantikan posisi Deschamp. Pembenahan dilakukan, total €63.25jt dibelanjakan untuk mendatangkan pemain-pemain seperti Tiago (€13.65m), Vincenzo Iaquinta (€11.25m), Momo Sissoko (€11m), Jorge Andrade (€10.5m), Sergio Almiron (€9m), Antonio Nocerino (€3.7m), Cristian Molinaro (€2.5m), Ciccio Volpe (€1m), Daniele Gastaldello (€650,000) & Hasan Salihamidzic (free). Hasilnya pada akhir musim Juventus berhasil finish di posisi ke tiga. Pencapaian yang tidak buruk, semuanya memuji bahwa Juventus sudah kembali, fans puas karena musim depan sudah bisa kembali berlaga di Liga Champions.
Mei 2008, Juventus kembali berbenah. Kali ini sebagai persiapan berlaga di Liga Champions, Juventus kembali belanja dengan dana besar. Total €39.03jt digelontorkan untuk mendatangkan Amauri (€22.8m), Christian Poulsen (€9.75m), Paolo De Ceglie (€3.5m), Dario Knezevic (€750,000), Alex Manninger (€680,000), Albin Ekdal (€600,000), Mario Kirev (€550,000), Rey Volpato (€400,000) & Antonio Chimenti (free). Musim 2008-09 ini kembali berjalan mulus. Di Liga Champions Juventus berhasil dua kali mengalahkan Real Madrid di fase group sebelum harus tersingkir di babak 16 besar oleh Chelsea. Di kompetisi Serie A pencapaian Juventus meningkat dari pada musim sebelumnya, kali ini Claudio Ranieri & Ciro Ferrara berhasil membawa Juventus finish di posisi kedua. Manajemen menganggap Juventus sebenarnya mampu meraih scudetto dan kecewa dengan kepemimpinan Ranieri yang dalam 7 pertandingan terakhirnya hanya mampu mempersembahkan satu kemenangan dan enam hasil seri (tidak pernah menang pada bulan april 2009). Kekecewaan dan kekhawatiran tidak lolos ke UCL musim berikutnya membuat manajemen memecat Raniero dan menunjuk Ciro Ferrara sebagai care taker pada bulan Mei 2009. Hasilnya Ciro Ferrara berhasil mempersembahkan 2 kemenangan di dua giornata terakhir, namun terlambat karena inter sudah unggul di capolista dengan keunggulan 10 point. Kembali, semuanya memuji bahwa Juventus sudah sangat dekat dengan kejayaannya. Kesedihan lain yang dirasakan pada musim ini adalah pensiunnya sang legenda Pavel Nedved.
Mei 2009, kepergian Pavel Nedved ternyata berdampak sangat besar terhadap tim, Baik dari segi kualitas, psikologi maupun kepemimpinan. Manajemen sebenarnya sudah coba mengantisipasi kepergian Nedved dengan mendatangkan Felipe Melo (€25m), Diego (€24.5m), Michele Paolucci (€3.3m*), Fabio Grosso (€2m), Fabio Cannavaro (free) dengan total belanja €54.8jt. Harapannya jelas, memenangkan Scudetto yang telah lama ditunggu-tunggu. Target ini dianggap begitu realistis mengingat pencapaian Juve musim sebelumnya. Posisi pelatih tetap dipercayakan kepada Ciro Ferrara yang meski miskin pengalaman mampu meyakinkan publik lewat start fantastis Juventus pada musim 2009/10 ini. Empat kemenangan dipersembahkan tim asuhan Ciro Ferrara dimana dua diantaranya diraih di Olympico Roma (Roma 1-3 Juventus & Lazio 0-2 Juventus). Hasil positif ini menerbangkan harapan kita semua setinggi langit. Hingga akhirnya pada pekan ke 7 Juve menelan kekalahan pertama 2-0 dari Palermo. Sejak saat itu penampilan tim terus menurun, terutama sejak bulan desember 2009 hingga januari 2010 dimana Juventus hanya berhasil meraih 2 W, 1 D & 5 L dari total 8 pertandingan yang dimainkan.
Hasil buruk ini membuat manajemen mengganti Ciro Ferrara dengan Alberto Zaccheroni. Hasilnya sama saja, permasalahan Juve ternyata bukan sekedar pelatih. Juventus menutup musim dengan kekalahan telak 3-0 oleh AC Milan. Finish di posisi ke-tujuh dengan torehan 55 point hasil dari 16 W, 7 D & 15 L. Raihan terburuk Juventus sepanjang sejarah. Perjalanan Juve di kompetisi eropa lebih menyakitkan lagi. Juventus tersingkir dari fase group setelah hanya mampu meraih dua kemenangan atas Macabi Haifa. Pada laga terakhir di Olympico Turin, Juventus dibantai 1-4 oleh Bayern Munich padahal saat itu Bianconeri hanya butuh hasil seri untuk lolos ke babak berikutnya. Finish di posisi ketiga fase group membuat Juve harus berlaga di Europa League, pada babak 32 besar Juve berhasil menyingkirkan Ajax dengan agregat 2-1. Melaju ke babak 16 besar dan berhadapan dengan Fulham dimana pada pertemuan pertama di Turin, Zaccheroni mengalahkan Fulham 3-1.  Yang menyakitkan adalah tim bahkan tidak mampu mempertahankan keunggulan pada leg kedua dan justru dibantai 4-1 di kandang Fulham. Disingkirkan dari dua kompetisi eropa dengan cara yang sangat sangat sangat menyakitkan. Meksi demikian, seluruh dunia tetap memuji penampilan Juventus dengan mengatakan bahwa ini adalah bagian dari proses.
Raihan sangat buruk ini membuat John Elkan memutuskan untuk menunjuk Andrea Agnelli sebagai President Juventus pada Mei 2010. Sebagai generasi ketiga Agnelli yang memimpin Juventus, Andrea melakukan banyak terobosan.  Pertama merombak manajemen dengan memecat Alessio Secco yang dianggap gagal mendatangkan pemain-pemain yang sesuai dengan kebutuhan tim serta tidak memperpanjang kontrak Alberto Zaccheroni sebagai pelatih. Sebagai gantinya, Andrea Agnelli mendatangkan Trio Sampdoria. Giuseppe Marotta ditunjuk sebagai Sport Director, Fabio Paraticci sebagai Head Scout dan Luigi Del Neri sebagai pelatih. Tidak hanya itu, total €59.35jt kembali dibelanjakan untuk mendatangkan Leonardo Bonucci (€15.5m), Milos Krasic (€15m), Jorge Martinez (€12m), Marco Storari (€4.5m), Fabio Quagliarella (€4.5m), Simone Pepe (€2.6m), Alessandro Matri (€2.5m), Marco Motta (€1.25m), Leandro Rinaudo (€600,000), Armand Traore (€500,000), Andrea Barzagli (€300,000) & Marco Costantino (€100,000). Pemain-pemain legenda seperti David Trezeguet & Mauro Camoranesi dilepas. Pemain yang baru didaulat sebagai calon bintang Diego Ribas juga dilego. Secara tegas manajemen mengatakan bahwa target musim ini adalah lolos ke Liga Champions musim depan. Del Neri yang sarat pengalaman diyakini mampu mencapai hasil ini.
Hasilnya? Kembali kita semua harus gigit jari. Pencapaian yang sangat mengecewakan kembali diraih La Vecchia Signora. Yang membuat kegagalan musim ini begitu menyakitkan adalah pada andata (putaran pertama) Juventus begitu mendominasi. Hingga bulan desember 2010 Juventus hanya menelan dua kekalahan disamping 8 W & 7 D. Duduk di papan atas klasemen nyaris setengah musim. Harapan kita semua begitu tinggi mengira bahwa inilah era yang kita tunggu-tunggu, kebangkitan Juventus yang sesungguhnya. Memasuki bulan januari 2011 tim seperti mengalami anti klimaks. Dari bulan Januari hingga maret Juventus hanya mampu meraih 4 W, 2D & 7 L. Selanjutnya anda tentu masih ingat bagaimana dari harapan setinggi langit kita kembali harus menelan pil pahit dengan kenyataan bahwa Juventus hanya mampu finish di posisi ke tujuh dengan raihan 58 point (15 W, 13 D, 10 L). Di kompetisi Europa League, Juventus tidak terkalahkan alias main enam kali seri enam kali. Hasil ini tidak cukup baik dan Juve harus tersingkir di fase group. Juventus gagal lagi dan musim depan harus tanpa kompetisi eropa. Apa yang dikatakan media saat itu? Mereka memuji, memberikan dorongan dan kata-kata manis seolah-olah semuanya berteman dengan Juventus. Namun bagi kita Juventini yang sudah ada sebelum 2006 tentu harus merasakan sakit yang luar biasa untuk kesekian kalinya.
Apakah kita berpaling setelah melihat Si Nyonya Besar tidak berdaya? Tidak! Seperti biasa kita tetap antusias menatap musim berikutnya.
Seperti apa perjuangan Juve di musim 2011-12? Di bagian berikutnya akan kami bahas perjalanan Juventus dari Juni 2011 hingga 6 Maggio 2012.
IERI … OGGI … DOMANI SEMPRE JUVENTUS !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar